Proses Respirasi dan Oksidasi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum
Proses Respirasi dan Oksidasi
Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan
Dosen Mata Kuliah: Siti Nurkamilah, S.Pd.
Disusun oleh :
1.
|
Iman Rusmana
|
12542038
|
2.
|
Dewi Nurma Gufita
|
12542002
|
3.
|
Ita Nurita
|
12542020
|
4.
|
Rd. Mustika
|
12542027
|
5.
6. |
Vini Siti Fatimah
Rina Durahim |
12542032
12542042 |
Kelas : Biologi 3-C
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
GARUT
2014
A.
Tujuan
Untuk mengetahui proses repirasi
dan oksidasi dengan menggunakan ragi
B.
Alat dan Bahan
·
Alat yang digunakan
-
5 buah tabung reaksi
-
Rak tabung
-
Pipet tetes
-
Kayu penjepit
-
Pembakar bunsen
-
Kaki tiga
-
Gelas kimia
-
Gelas ukur
-
Termometer
-
Alumunium voil
·
Bahan yang digunakan
-
Ragi dan sukrosa
-
Larutan glukosa 10% dalam aquades
-
Methylen blue
-
Aquades
C.
Cara kerja
1. Memberi
lebel pada 4 tabung reaksi dengan huruf A,B,C, dan D.
2. Siapkan
air sebanyak 200 ml pada gelas kimia kemudian didihkan.
3. Mengambil
5 ml larutan ragi kemudian didihkan.
4. Memasukkan
masing-masing 1 ml larutan yang telah didihkan kedalam tabung A dan B.
5. Mengambil
5 ml larutan ragi tanpa perlu di panaskan, kemudian masukkan pada masing-masing
1 ml ke dalam tabung C dan D. Dan 5 ml larutan ragi pada 1 tabung sebagai
pebanding.
6. Menambahkan
ke dalam setiap tabung sebanyak 1 ml larutan glukosa dan 1 ml methylen blue.
7. Menambahkan
aquades 5 ml untuk mengencerkan setiap tabung kemudian tutup dengan ibu jari
serta mengocok pada setiap tabung.
8. Membiarkan
tabung B dan C terbuka sedangkan tabung A dan D tertutup dengan alumunium voil
9. Memasukan
semua 4 tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang telah didihkan dengan suhu 40 º
C.
10. Mengamati
perubahan warna yang terjadi setiap 10 menit selama 40 menit.
D.
Landasan
Teori
Dalam
beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi
sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau
kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat tumbuh dan berkembang melalui pola
atau kebiasaan yang berbeda. Mahkluk hidup dapat tumbuh dan berkembang
sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya
sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya
sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus
mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga
integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan. Reaksi kimia yang terjadi di
dalam sel hewan maupun tumbuhan sangat tergantung pada adanya oksigen (O2),
sehingga diperlukan adanya suplai O2 secara terus menerus. Hal ini berarti
bahwa O2 merupakan substansi yang penting dan sangat. Salah satu substansi yang
dihasilkan atau diproduksi oleh reaksi kimia yang terjadi di dalam sel adalah
gas asam arang (CO2).
Adanya CO2
yang terlalu banyak di dalam tubuh harus dihindari, oleh karena itu CO2 harus
segera dikeluarkan dari tubuh secara terus menerus. Respirasi adalah suatu
proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan
dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses–proses kehidupan. Selain itu
respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel,
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Laju metabolisme biasanya
diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup
per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang
dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya di
ekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang
mempengaruhi konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies, ukuran badan,
dan aktivitas tubuh.
Bernafas
artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke dalam
paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida (CO2)
serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah
seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik
menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui
proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea
maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan gas CO2.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
1. Respirasi Aerob (Oksidasi) Proses ini merupakan
pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori Pada umumnya dalam keadaan normal
manusia menggunakan cara ini.
2. Respirasi Anaerob Proses ini merupakan pemecahan
molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya sebagai berikut: C6H12O6 →
2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan
molekul yang sempurna, karena masih dihasilkan zat organik sehingga energinya
belum terbebaskan semua. Pada proses tersebut hanya terhenti sampai glikolisis
dan terbentuk asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan
dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya terjadi pada
organism tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada organisme tingkat
tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu apabila
persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu
keras dan berlebih.
E.
Tabel Hasil Pengamatan.
Waktu
(menit)
|
Perubahan
Warna
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|
10 I
|
+++
|
+++
|
++ terdapat
gelembung
|
++ banyak
gelembung
|
+++ sedikit
gelembung
|
10 II
|
+++
|
+++
|
+ terdapat
gelembung
|
+ banyak
gelembung
|
++ sedikit
gelembung
|
10 III
|
+++
|
+++
|
Putih
terdapat gelembung
|
Putih banyak
gelembung
|
+ sedikit
gelembung
|
10 IV
|
+++
|
+++
|
Putih
terdapat gelembung
|
Putih banyak
gelembung
|
+ sedikit
gelembung
|
Keterangan
:
-
Tabung A :
Larutan sakaromisesnya di bakar dan menggunakan proses anaerob.
-
Tabung B :
Larutan sakaromisesnya di bakar dan menggunakan proses aerob.
-
Tabung C :
Larutan sakaromisesnya tidak di bakar
dan menggunakan proses aerob
-
Tabung D :
larutan sakaromisesnya tidak dibakar dan menggunakan proses anaerob.
-
Tabung E :
larutan sakaromisesnya tidak di dakar, menggunakan proses aeronb dan tidak
dipanaskan seperti tabung A, B, C dan D. (sebagai pembanding).
F. Pembahasan
Pada percobaan ini kami menggunakan enam tabung dengan perlakuan
yang berbeda dan menghasilkan hasil yang berbeda yaitu:
-
Tabung A : 1 ml
larutan sakaromises yang telah dibakar di tambah dengan 1 ml larutan glukosa, 1
ml metilen blue, 5 ml aquades dan ditutup dengan aluminium poil (proses
anaerob) hasilnya tidak ada perubahan warna (tetap biru pekat) dan terdapat
endapan biru.
-
Tabung B : 1 ml larutan sakaromises yang telah
di bakar di tambah dengan 1 ml larutan glukosa, 1ml metilen blue, 5 ml aquades
dan tidak ditutup dengan alumanium poil (proses aerob) hasilnya tidak terdapat
perubahan warna ( tetap biru pekat) dan terdapat endapan biru.
-
Tabung C : 1 ml
larutan sakaromises yang tidak di bakar ditambah dengan 1 ml larutan glukosa, 1
ml ml metilen blue, 5 ml aquades dan tidak di tutup dengan aluminium poil
(proses aerob) hasilnya warnanya berubah dari biru pekat menjadi putih,
terdapat gelembung dan endapan putih.
-
Tabung D : 1 ml larutan sakaromises yang tidak di bakar
di tambah dengan 1 ml larutan glukosa, 1 ml metilen blue, 5 ml aquades dan
ditutup dengan aluminium poil ( proses anaerob) hasilnya warnanya berubah dari
biru pekat menjadi putih terdapat gelembung dan endapan putih.
-
Tabung E :
berfungsi sebagai pembanding dimana 1 ml larutan sakaromises yang tidak
dipanaskan ditambah dengan 1 ml larutan glukosa, 1 ml metilen blue, 5 ml
aquades dan tidak di tutup dengan aluminium poil ( proses aerob) hasilnya
terjadi prubahan warna dari birupekat menjadi biru pudar, terdapat sedikit
gelembung dan terdapat endapan putih.
Dari hasil percobaan diatas membuktikan bahwa sakaromises
dapat bekerja pada suhu optimum yaitu antara 28 ◦C – 30 ◦C
dan tidak dapat bekerja pada suhu yang tinggi, hal tersebut dapat di lihat pada
uji tabung A dan B yang sakaromisesnya di bakar terlebih dahulu dan hasilnya
tidak terjadi suatu reaksi apa pun karena sakaromisesnya sudah terdenaturasi dengan proses pembakaran. Dan
dari hasil percobaan itu dapat membuktikan bahwa proses respirasi dapat terjadi
secara aerob (memerlukan oksigen) dan anaerob (tidak memerlukan oksigen) namun
apabila di bandingkan antara proses respirasi aerob dengan anaerob lebih cepat proses
anaerob karena menghasilkan gelembung yang banyak. hal tersebut dapat di lihat
pada uji tabung C dan D yang mana tabung C menggunakan proses aerob
menghasilkan banyak gelembung dan tabung D menggunakan proses anaerob
menghasilkan gelembung lebih sedikit dari pada tabung C.
G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami amati
dapat disimpulkan bahwa:
·
proses oksidasi dan respirasi pada ragi lebih cepat
pada keadaan tanpa udara (anarob)
· ragi dapat bekerja pada suhu optimum yaitu antara
28 ◦C – 30 ◦C dan tidak dapat bekerja pada suhu yang
tinggi.
H. Daftar Pustaka
Michael J. Pelczar dan E.C.S. Chan.Dasar-dasar Mikrobiologi.
2006. Jakarta. UI-Press.
Anna poedjiadi dan FM. Titin Supriyanti. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press
Gunarso, Darmadi, Suripto.2005.Fisiologi Hewan.jakarta: Universitas Terbuka
Tim Pengajar.2013.Panduan Praktikum Fisiologi Hewan.Bandung:UIN Bandung
I. Lampiran