SISTEM RESPIRASI PADA BELALANG
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum
SISTEM RESPIRASI PADA BELALANG
Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan
Dosen Mata Kuliah: Siti Nurkamilah, S.Pd.
Disusun oleh :
1.
|
Iman Rusmana
|
12542038
|
2.
|
Dewi Nurma Gufita
|
12542002
|
3.
|
Ita Nurita
|
12542020
|
4.
|
Rd. Mustika
|
12542027
|
5.
6. |
Vini Siti Fatimah
Rina Durahim |
12542032
12542042 |
Kelas : Biologi 3-C
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
GARUT
2014
I.
Tujuan Pengamatan
Tujuan praktikum ini
adalah untuk
membandingkan
banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh serangga jantan dan betina serta
serangga kecil dan besar persatuan waktu.
II.
Dasar Teori
Bernafas
merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan
sering di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua
istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti
menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari
lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration)
berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di
dalam sel guna memperoleh energi.
Respirasi
bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat
diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut
saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar
(oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh
energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikeluarkan melalui proses pernafasan.
Karena
hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus
sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali
istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian
perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Alat
pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan
udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen
dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah,
oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh
darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu
hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin
terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju
metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per
satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 +
6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi
dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies
hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005).
Respirasi
merupakan proses penghasil energi di dalam tubuh makhluk hidup. Selain
dihasilkan energi dihasilkan juga karbon dioksida yang harus dikeluarkan dari
tubuh. Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
1.
Keluar masuknya
udara antara dua organ pernapasan (alveole paru-paru) yang disebut ventilasi
polmonum.
2.
Difusi O2 dan
CO2 antara udara dan alveole dan dalam darah.
3.
Transport O2
dan CO2 dalam darah / cairan tubuh ke dan dari sel.
4.
Pengaturan
ventilasi dan segi-segui respirasi lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan
menjadi:
1.
Respirasi
eksternal: meliputi pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di paru-paru antara
alveole dan kapiler darah.
2.
Respirasi
internal: meliputi pertukaran gas (O2 dan CO2) yang terjadi di tenunan: semua
proses pertukaran gas antara sel dengan cairan sel disekelilingnya.
Serangga mempunyai alat
pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2
dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus
yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2
dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem
transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar
melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya.
Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan
sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh
besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh
kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Corong hawa (trakea)
adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya.
Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen
dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan
dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan
kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem
pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem
tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya
merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan
gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses
tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan
demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya
tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.
III.
Alat dan Bahan
·
Alat
1. Respirometer
sederhana
2.
Neraca timbang
3.
Pipet tetes
4.
Stopwatch/ pengukur waktu
·
Bahan
1. Belalang
2. Kristal (KOH)
3. Plastisin/vaselin
4. Tisu
IV. Langkah
Kerja
1)
Membungkus Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu
masukkan dalam tabung respirometer.
2)
Menimbang serangga yang akan dipakai untuk praktikum dengan cara, menimbang
botol respirometer yang hanya berisi KOH + tisu, lalu menimbang botol
respirometer yang berisi KOH, tisu dan serangga, setelah itu hasil timbangan ke
dua di kurangi timbangan ke satu.
3)
Menutup botol
respirometer
4)
Mengoleskan vaselin/plastisin
pada celah penutup tabung.
5)
Menutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian
lepaskan dan memasukkan setetes metelan blue dengan menggunakan pipet
6)
Mengamatimati dan
catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10
menit.
7)
Setiap serangga yang sama
dilakukan dua kali percobaan
V. Hasil Pengamatan
No
|
Sampel Hewan
|
Berat
|
Waktu
|
O2 yang di konsumsi
|
Rata-Rata
|
1
|
Belalang Besar (betina)
|
3,48
|
10 1
|
37,3
|
34
|
102
|
30,39
|
||||
2
|
Belalang kecil (jantan)
|
1,44
|
101
|
20,8
|
18,15
|
102
|
15,5
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini,
dengan menggunakan respirometer. Digunakan kristal KOH. Fungsi dari kristal KOH adalah
untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan metelin blue benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.
Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai
berikut:
KOH + CO2 → K2CO3
+ H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke
dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes larutan metelin
blue. Larutan metelin blue ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena
terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen)
sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2
dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan
larutan metelin blue itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan
organisme (serangga) yang diamati.
Perhitungan dilakukan untuk
memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil
tiap 10 menit sekali dan jarak yang
ditempuh oleh larutan metelin blue bergerak.kami melakukanpercobaan setiap
spesies yang sama sebanyak dua kali dan mengambil rata-rata sebagai hasilnya. Keberhasilan
percobaan atau eksperimen ini tergantung pada bocor tidaknya alat. Pada percobaan ini, hubungan antara tabung dan bagian
berskala ditutup rapat menggunakan vaselin. Tujuan pemberian vaselin atau
vaselin yaitu agar hubungan antara tabung dan bagian bersekala licin serta
udara tidak dapat keluar masuk.
Pada percobaan ini, perubahan suhu
udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah
tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu
perubahan suhu tidak
besar. Sebaliknya
bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan
dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan
tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi
respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH.
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
1.) Jenis
kelamin
Belalang betina dan belalang jantan memiliki kecepatan
respirasi yang berbeda.
2.) Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang.Sebagai
akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang
meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
3.) Ketersediaan
Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan
tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di
udara.
4.)
Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system
trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh.
Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke
seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2
dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.Udara
masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya.Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang
memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya
pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi
otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
5.) Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus.Karena
setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa
berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin lambat
pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat tubuh
serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin cepat
pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin lambat
respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih
banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh belalang
mempengaruhi laju pernapasan.Semakin besar ukuran dan berat tubuh
maka semakin cepat pernapasannya.
Pada hasil
praktikum dapat dilihat bahwa sistem respirasi pada belalang besar (betina)
lebih besar dari pada belalang kecil (jantan).
VII.
Kesimpulan
Pada
proses respirasi menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air (H2O)
dan sejumlah energi.Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6
CO2 + 6H2O + ATP
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan
bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada belalang. Belalang betina memerlukan
lebih banyak oksigen dalam pernapasan, dari pada belalang
jantan. Hal ini
dikarenakan ukuran tubuh belalang betina lebih besar dari pada tubuh jantan sehingga
aktifitas pergerakan yang dilakukan akan semakin banyak. Ini menyebabkan
belalang betina membutuhkan
oksigen lebih banyak dari pada belalang jantan sehingga
saat di ukur dengan respirometer gerakan larutan metelin blue akan lebih
cepat dari pada belalang jantan (laju
respirasi lebih cepat). Ini menandakan berat atau ukuran serta aktivitas
serangga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam proses respirasi.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi adalah berat tubuh, kegiatan
tubuh dan jenis
kelamin dari serangga.
Terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar)
serangga dengan kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh belalang
maka semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat
pernapasannya. Sebaliknya, semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka
makin sedikit pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya.
Begitu pula dengan aktifitas belalang tersebut, juga mempengaruhi kebutuhan
oksigen.
.
VIII.
Daftar Pustaka
Ø Aryulina, Diah., Choirul Muslim dan
Syalfinaf Manaf.2010.Biology 2B for
Senior High School Grade XI Semester 2.Jakarta:Esis.
Ø Syamsuri, Istamar.,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2.
Jakarta: Erlangga.
Ø Reza Fredo
Simarmata. Praktikum
Respirasi Serangga. (Online).
Ø
(http://biologipedia.blogspot.com/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html/, diakses pada hari Kamis, 07
Februari 2013, pukul 14.45).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar